Tak kenal
maka tak sayang. Pepatah yang udah umum banget ini maknanya luas banget loh ya,
nggak cuma buat ketemu sama sesama orang tapi berlaku buat apapun. Misalnya
ketika harus mencoba hal yang belum pernah kita coba sebelumnya. Gimana kita
mau suka kalau kenal aja belum, ya kan? Hukum ini berlaku buat semua kasus,
termasuk kasus cicip-cicip makanan. Singkat cerita kemarin supermin main ke
tempat temen dan ditawarin buat makan di rumahnya yang ternyata menu hari itu
adalah semur jengkol. Jengkol, iya jengkol.
Semacam
bisa baca pikiran orang, temen supermin ini langsung nyeletuk “jangan su’udzon
deh sama jengkol” dan ahirnya dengan berprinsip “tak kenal maka tak sayang” itu
tadi supermin pun memutuskan untuk berkenalan dengan si Jengkol itu. Satu sendok..aman,
sendok kedua.. aman, sendok ketiga sampe akhirnya tinggal piring sama sendok
yang kesisa. Kok ternyata nggak sehoror yang diceritain orang-orang ya. Waaah
ternyata dan ternyata.
Sepulang dari
tempat temen itu supermin langsung kepo-in si Jengkol ini. Fakta tentang
makanan eksotis ini pun bertebaran dan menciptakan sekian banyak kata
“ternyata”.
Ternyata
si Jengkol ini udah terkenal dari jaman dahulu kala. Nggak percaya? Buktinya
ada di buku The History of Java yang ditulis oleh Letnan Gubernur Hindia
Belanda Thomas Stamford Raffles tahun 1817, beliau menyebutkan tentang jengkol
sebagai makanan di Jawa selain pete dan kemlandingan (lamtoro). Selain itu
seorang ahli botani dari Belanda, Karel Heyne juga menyebutkan tentang jengkol
pada karyanya yang berjudul De nuttige palnten van Nederlandsch Indie (1913) yang
berisi tentang tumbuhan yang banyak digunakan dan mempunyai nilai komersial di
Hindia Belanda.
Selama ini
si Jengkol sering dipandang sebelah mata, padahal ternyata harga per-kilonya
tembus angka Rp 30.000,00 - Rp 50.000,00 . Sebagai pembanding harga daging ayam
per-kilo Rp 40.000,00 harga daging sapi per-kilo Rp 95.000,00 . Bahkan dari
segi harga pun si Jengkol ini nggak bisa dipandang sebelah mata lagi.
Untuk
hasil olahan sendiri banyak juga macamnya mulai yang terkenal ada semur jengkol
sampe yang jarang di denger masyarakat luas ada rendang jengkol, pindang
jengkol, balado jengkol, bahkan sate jengkol pun ada. Jangan salah, supermin
juga nemu bisnis unik dari olahan jengkol. Ceritanya si owner berhasil mengutak-atik
si Jengkol ini jadi camilan keripik. Mengusung keripik MasJon sebagai brand
produk keripik jengkolnya, kini bisnisnya berkembang ke bisnis kemitraan yang
menawarkan kerjasama bagi resellernya. Tiap bungkus keripik itu dibandrol harga
sekitar Rp 13.000,00. Dari sistem kemitraan tersebut sekarang keripik jengkol
MasJon menyebar sampai Jakarta, Bekasi, Bogor, Sumenep, Madura, Surabaya, dan
Semarang.
Selain camilan keripik jengkol yang mulai digemari kalangan
masyarakat luas, ada pula Jengkol Cookies yang diproduksi oleh J&C Cookies.
Kue kering yang lebih populer dengan sebutan Jengkies (singkatan dari Jengkol
Cookies). Dibandrol dengan kisaran harga Rp 60.000,00 sampai Rp 75.000,00 dan
telah merambah pasar Jawa, Sumatera, bahkan hingga ekspor ke Negara Malaysia.
Yang suka
jengkol? Bukan cuma orang Indonesia kok. Salah satu stasiun TV swasta pernah
mengundang Band asal Perancis - Kanada, Simple Plan sebagai bintang tamu. Dalam
acara ini ada sesi dimana semua personil diminta untuk cicip-cicip makanan khas
Indonesia yang di sajikan. Mulai dari sate sampe pete semua ada. Dan yang bikin
kaget setelah mereka selesai dan ditanya mana yang menurut mereka paling enak,
sang vokalis Pierre Bouvier langsung
menjawab “Jengkol is very nice". Terbukti kan yang doyan jengkol bukan
cuma orang Indonesia aja, ada juga bule yang suka.
Ternyata,
manfaat dari si Jengkol ini juga banyak. Riset menunjukkan jengkol mengandung protein, karbohidrat, berbagai
jenis vitamin, kalsium, dan fosfor. Bahkan kandungan vitamin C dalam setiap ons
biji jengkol berkisar 57--91 mg. Vitamin C jeruk paling banter cuma 50 mg/100
ons daging buah. Selain vitamin C, biji jengkol juga mengandung vitamin B
kompleks dan vitamin A. Keduanya berfungsi menjaga fungsi penglihatan dan
peredaran darah.
Walaupun
banyak yang mengulas dampak negatif dari makan jengkol, menurut supermin itu
cukup simpel karna dari beberapa sumber yang supermin baca, yang penting jangan
makan jengkol dalam keadaan mentah (buat lalap) dan jangan kebanyakan. Karena
sesuatu yang berlebihan emang nggak baik kan. Jadi..kapan mau coba kenalan sama
si Jengkol? awas naksir.